Ilustrasi menerima telpon gelap. Gambar: SoloPos |
Melihat berita di televisi
semalam, saya sempat terkejut. Ternyata masih ada dan bahkan tidak sedikit
orang yang telah menjadi korban penipuan berkedok investasi dari Solid Gold
Berjangka, tepatnya di wilayah Makassar Sulawesi Selatan dimana berita itu berasal.
Berita tentang nasabah yang
mengamuk untuk menuntut ganti rugi di salah satu cabang perusahaan di Makassar
itu mengingatkan saya pada pegawai Solid Gold Berjangka Jakarta yang waktu itu
menelepon saya. Dengan memberikan penjelasan-penjelasan yang sangat meyakinkan
dan sesekali memberikan pertanyaan kepada saya, apakah bersedia mengikuti
program yang ditawarkan.
Sekitar setahun yang lalu, saya
pun bisa saja mengalami kejadian serupa, kalau saja saya tidak cepat mencari
tahu tentang profil perusahaan tersebut, ketika salah satu pegawai dari
perusahaan itu menelepon saya untuk menawarkan program investasi.
Waktu itu saya sedang berada di
depan komputer ketika seorang pegawai perusahaan Solid Gold Berjangka
menghubungi saya. Kecurigaan pun muncul karena beberapa kali si penelpon
memberikan pertanyaan dan penjelasan berulang-ulang kepada saya dengan
pertanyaan dan penjelasan yang sama dan hanya saya jawab dengan kata-kata
“he..hemm” dan tidak menggunakan kata “iya” atau “tidak”. Saat hendak
mengulangi pertanyaannya lagi, ketika itu pula saya langsung memotong ucapan si
pegawai itu dan menanyakan alamat website dari perusahaannya. Si pegawai
memberikan alamat webnya dan karena kebetulan saya sedang membuka internet, maka
langsung saja saya telusur.
Wah.. wah.. wah.. hasil
penelusuran yang membuat saya terkejut dan kurang menggembirakan, karena dengan
memasukan nama perusahaannya pada pencarian Google, hasil yang saya dapati
adalah berita-berita atau blog yang berisi testimony dari para korban penipuan
perusahaan tersebut. Seketika itu juga saya langsung memutuskan telepon.
Tidak lama kemudian si pegawai
itu kembali menelepon saya dan mencoba memastikan. Sebelumnya saya jawab dengan
minta maaf karena teleponnya terputus tiba-tiba, lalu saya bilang kepada si penelpon
“saya sudah chek perusahaan Bapak di
internet dan hasil yang saya dapati membuat saya kecewa, jadi terimakasih atas tawarannya!” lalu kembali saya
matikan telepon genggam saya.
Dan mengomentari berita tentang penipuan itu, saya heran kenapa orang-orang kaya yang telah menjadi korban
itu tidak melakukan hal yang sama dengan yang saya lakukan, dengan mencoba
telusur terlebih dahulu melalui internet sebelum mengikuti tawaran-tawaran yang hanya
melalui telepon itu ya?
He… hemmm…
0 Komentar:
Posting Komentar
Bagi komentar anda, monggo...