Seringkali kita tidak menyadari, bahwa lebih mudah mencari kesalahan yang dilakukan orang lain dari pada menemukan dan mengakui kesalahan diri sendiri. Seperti pepatah menyebutkan "semut di seberang lautan terlihat namun gajah di pelupuk mata tak tampak" ini memang ironis.
Hal itu sering kita temui dan kita lihat di layar televisi, ketika ada public figure diminta pendapat tentang kesalahan atau kasus orang lain. Dia akan pandai memberikan komentarnya, tetapi ketika kasus itu menjerat dirinya, maka dia akan bungkam seribu bahasa dan hanya sesekali mereka menunjukan senyum yang dipaksakan. Nah, apabila ada hal buruk yang menyangkut dirinya, maka dia akan berpatokan pada peribahasa "diam itu emas".
Untuk berani mengakui kesalahan terkadang mereka butuh pengacara yang mewakilinya, dengan tujuan agar bisa naik banding atau minimal berargumentasi atas kesalahannya supaya tidak dianggap buruk.
***
Aku jadi teringat pesan dari orang tua: Nang, nyolongo kebo neng tengah wengi, yen wis entuk banjur dibeleh lan dibagi-bagi (Nak, curilah kerbau di tengah malam, kalau sudah dapat lalu dipotong dan dibagi-bagi). Waktu itu aku sempat memutar otak, kenapa orang tuaku menyuruhku menjadi pencuri? Kalau ketahuan bisa dipukuli warga nih.. pikirku.
Setelah aku pahami maksudnya, ternyata pesan tersebut bukan berarti aku disuruh mencuri hewan kerbo, melainkan kebo untuk mewakili kata kebodohan. Yaitu mencuri dan mencari kebodohan atau kekeliruan yang ada di dalam diri.
Kenapa harus dimalam hari? Yang aku pahami tentang waktu malam hari, itu memiliki makna dalam keadaan gelap gulita dimana ketika mata kita sulit untuk melihat. Mungkin maksudnya supaya mencari kebodohan diri walaupun susah terlihat.
Lalu kenapa setelah didapat kebo nya (kebodohan) kemudian dipotong dan dibagi-bagi? Ada yang tahu?
Maksud yang aku pahami tentang kenapa kemudian dipotong nanti akan ditulis di lembar berikutnya... tapi kalau ada yang tahu silahkan share ya...
bersambung
0 Komentar:
Posting Komentar
Bagi komentar anda, monggo...