Aku letakkan secangkir kopi
diatas lantai tampatku selonjoran di ruang depan. Di ruang itu tidak ada meja,
sofa ataupun bufet yang terpajang, hanya lantai dan tanpa permadani menyelimuti, itulah kenapa aku hanya menyebutnya ruang depan bukan ruang tamu.
Dengan terus senyum-senyum
sendiri aku mencoba menyalakan pemantik, lalu sebatang rokok disela-sela jariku
itu pun terbakar.
Aku kembali tersenyum sambil menghembuskan asap dari mulutku.
Aku kembali tersenyum sambil menghembuskan asap dari mulutku.
Bukan karena tidak ada sebab
mengapa aku senyum-senyum sendiri. Senyumku itu, karena melihat ada seorang
perempuan cantik sedang bergaya didepan jendela rumahku sambil merapihkan
rambutnya yang hitam panjang dan tidak berantakan.
Kaca jendela rumahku memang gelap
(Rayben), jadi si perempuan itu tidak sadar kalau sewaktu dia ngaca sebenarnya
ada orang memperhatikannya dari balik jendela yang dianggapnya seperti
cermin.
Bukan sekali itu saja jendela
rumahku menjadi sasaran orang yang kebetulan lewat depan rumah, itu seringkali terjadi.
Yang membuatku tersenyum antara geli
dan malu, karena aku mengingat, terkadang aku juga melakukan hal yang sama
seperti orang-orang itu ketika ada cermin gratis.
Diluar, banyak sekali cermin gratis
yang bisa dipakai buat bercermin selain di Fitting Room, seperti; kaca spion,
kaca mobil, kaca-kaca pertokoan, layar handphone, dan masih banyak lagi.
Sedangkan bagi orang yang hobinya
bercermin, dia dapat menggunakan alat apa saja yang penting dapat memantulkan
gambar dirinya, bahkan genangan air hujan pun bisa buat bercermin.
0 Komentar:
Posting Komentar
Bagi komentar anda, monggo...