Rabu, 27 Juli 2011

Rasa Sayang (bag.1)

Memberikan sesuatu yang kita sukai kepada orang lain tentu tidak semua orang rela dan dapat menyerahkannya begitu saja. Begitu juga ditinggalkan oleh sesuatu yang disukai, disayangi atau dicintai tentu sangat berat untuk dapat menerima kenyataan itu. Apalagi sesuatu itu telah dimiliki dan dijaganya seperti hal yang tidak dapat tergantikan oleh sesuatu apapun.

Ada salah satu kisah, seorang anak kecil berumur 5 tahun meratapi seekor ayam peliaharaannya yang mati karena sakit, begitu sedihnya hingga menangis tersedu-sedu sambil terus memegangi ayamnya yang mati itu. Karena rasa sayangnya pada binatang yang telah dirawat sebelum kemudian mati itu, seharian dia tidak mau makan dan terus menangisi ayamnya. Orang tua anak itu menasehati supaya tidak bersedih dan berhenti menangisi, berbagai cara dilakukan orang tuanya untuk mengobati kesedihan anak itu, setelah berhari-hari tetap saja nasehat orang tua tidak didengarkan, hingga pada akhirnya anak itupun lupa dengan sendirinya.

Dengan sisa ayam yang masih hidup kembali orang tua dari anak itu memberikan nasehat dan mengajarkan cara merawat ayam supaya tidak sakit lagi. Dengan rajin dia memberi makan dan minum setiap hari, terkadang mandipun mengajak ayamnya turut serta. Setelah akhirnya ayam mulai tumbuh besar dan siap potong, kembali anak itu tidak merelakan kalau ayamnya harus dipotong. Berbagai cara orangtuanya harus memberi pengertian pada anaknya.
Ortu : “Nak, ayamnya dipotong ya?”
Anak : “Jangan! kasihan..! kan ayam juga ciptaan Tuhan! katanya harus sayang sesama ciptaan Tuhan?”
Ortu : “Nak, kalau ayamnya dipotong kan bisa buat dimakan bareng-bareng, dan bermanfaat buat makhluk Tuhan juga?”
Anak : “Gak mau! gak boleh! pokoknya jangan dipotong! kasihan ayamnya nanti gak bisa ikut makan!

Ternyata anak itu berpikir makan bareng-barengpun harus ayamnya ikut merasakan.

Sepenggal kisah diatas merupakan salah satu contoh betapa sulitnya memberikan sesuatu yang kita sayangi kepada orang lain yang mungkin itu lebih bermanfaat daripada hanya untuk kesenangan dirinya sendiri. Berbagai alasan yang tidak masuk akal pun terkadang dijadikan senjata untuk pembenaran.

Memang tidak semua sesuatu yang disayangi itu bisa asal kita berikan kepada yang lainnya, namun belajar ikhlas itu memang sulit.

12 Komentar:

Kang Tambi mengatakan... Reply Comment

Ibu kita menyusui anak-anaknya tanpa rasa sayang (eman-eman). Jika kita hitung, sudah berapa kali sedotan menyusu Ibu. Tetapi Ibu memberikannya dengan ikhlas. Kalau dirupiahkan seandainya sekali sedotan Rp 1000,-, apakah sekarang kita mampu membayarnya?

Dadi sebenere kepriwe?

Unknown mengatakan... Reply Comment

@Kang Tambi: hehehe,, rasa sayang bisa diartikan berbagai hal. Rasa Sayang dalam arti eman-eman dan ada juga rasa sayang dalam arti kasih. :)
Kalau keikhlasan (kasih sayang) seorang ibu tak bisa ditandingi dengan apapun, itu pendapat saya.. :D

Unknown mengatakan... Reply Comment

inspirasinya dari anaknya sendiri ya h3

Mang jazi mengatakan... Reply Comment

Ada yang bilang ilmu ikhlas itu harus kita pelajari....
dan saypun terkadang kesulitan mengihlaskan sesuatu yang teramat kita sayangi kepada orang lain wlau sewbenarnya saya percaya orang itu bisa menjaga sesuatu yang kita sayangi tersebut...

Unknown mengatakan... Reply Comment

@bopfive5: hehehe.. ketahuan neh :D
@Mang jazi: betul mang! seperti contoh kita sayang sama istri masa ya harus berbagi juga :D

saryadi nilan mengatakan... Reply Comment

menyentuh sekali,memang sesama mahluk ciptaanya kita harus saling menyanyangi dan mengasihi,salam love,peace and gaul.

Unknown mengatakan... Reply Comment

@saryadinilan: hehehe.. sayang! dg saayaaaaang... itu beda loh.. :D

horizonwatcher andre mengatakan... Reply Comment

kalau ayam nya diberikan hidup2 ke orang mungkin masih mau kali, gak mau karena ayam kesayangannya dipotong. Tek terlalu mengarah kepada pernyataan susah memberikan sesuatu yg disayangi pd orang lain, tapi lebih karena tak tega ayam kesayangannya mati dipotong

Unknown mengatakan... Reply Comment

@horizon: mohon dibaca secara keseluruhan hehehe...
hemm.. yg dimaksud dari komentar anda saya yakin masih sesuai dengan judul posting :)

Aep Cahya mengatakan... Reply Comment

itu baru contoh ayam kang...gmana kl kehilangan istri tercinta...Beraattt skali rasanya..mmang susah belajar ikhlas. butuh waktu..(lanjutkan bro...mantab).

Trisnoaji mengatakan... Reply Comment

@kang aep: muhun kang :D

Aep csa mengatakan... Reply Comment

itu baru contoh ayam kang...gmana kl kehilangan istri tercinta...Beraattt skali rasanya..mmang susah belajar ikhlas. butuh waktu..(lanjutkan bro...mantab).

Posting Komentar

Bagi komentar anda, monggo...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants For Single Moms