Pagi tadi ada yang menanyakan
padaku, apakah semalam aku mengikuti acara debat pilkada di televisi. Aku
bilang, aku paling nggak suka debat, apalagi acara debat. Kalau tidak ada
pilihan tontonan lain di televisi selain acara debat, mending aku matikan tv.
Sejak kecil aku tidak pernah diajarkan
debat oleh orang tuaku, demikian pula sewaktu sekolah di SD, SLTP dan SMK, aku
juga tidak diajarkan debat. Pernah sewaktu kuliah memang ada acara debat di kelas
untuk membahas suatu materi, tapi hal itupun tidak aku ikuti.
Seingatku, waktu di sekolah, aku diajarkan
tentang pancasila sebagai dasar negara, dan debat tidak ada dalam sila itu, yang
ada musyawarah. Sedangkan menurut orang tuaku, debat itu hanya akan membuat manusia
jauh dari Tuhan.
Dengan Pancasila, bukankah
seharusnya Indonesia bisa lebih baik?
Apa sebenarnya yang ingin dicapai
dari debat itu?
Kalau bicara soal pemerintahan demokrasi
yang menganjurkan debat untuk mencari solusi, seperti halnya Amerika yang selalu
dijadikan kiblatnya demokrasi, di Indonesia masih jauh.
Di Amerika, pernah aku dengar, terjadi dalam satu partai ada dua kubu yang mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin, kemudian keduanya mengadakan debat terbuka. Aku juga tidak menontonnya, aku hanya dengar hasil akhir dari debat itu. Waktu itu di Amerika, salah satu kandidat mereka kalah dalam debat, dan kemudian yang kalah itu tidak enggan untuk mendukung kandidat yang mengalahkannya.
Nah, kalau di Indonesia yang sering aku tahu, justru yang kalah malah kemudian memilih mundur dari partai dan mendirikan partai baru.
Di Amerika, pernah aku dengar, terjadi dalam satu partai ada dua kubu yang mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin, kemudian keduanya mengadakan debat terbuka. Aku juga tidak menontonnya, aku hanya dengar hasil akhir dari debat itu. Waktu itu di Amerika, salah satu kandidat mereka kalah dalam debat, dan kemudian yang kalah itu tidak enggan untuk mendukung kandidat yang mengalahkannya.
Nah, kalau di Indonesia yang sering aku tahu, justru yang kalah malah kemudian memilih mundur dari partai dan mendirikan partai baru.
Debat dalam hal apapun, perlu
didasari mental kuat dan tangguh, yang siap menerima kekalahan dengan cara yang
legowo, menjauhi hal-hal yang bersifat saling menjatuhkan dan lebih
mengutamakan kepentingan bersama daripada membesarkan ego. Memang tidak mudah
untuk menjadi bijak, tapi minimal bisa menjadi contoh yang baik untuk anak cucu
kita nantinya.