Istri sempat sewot, ketika pulang setelah menjemput anakku dari sekolah. Aku baru tahu permasalahannya setelah aku mendengar ceritanya. Ternyata, karena anakku tidak mendapatkan buku pelajaran yang dibagikan oleh sekolah. Lalu kenapa sewot?
"Gimana nggak sewot, tadi siang Aji (nama anakku) nggak kebagian buku pelajarannya karena sudah habis sewaktu dibagiin, dan yang nerima buku justru orang tua muridnya setelah saling berebutan, ya sewot gitu loh". kata istriku yang masih dalam keadaan uring-uringan. Aku mendengarkan sambil kutanyakan, "Kok begitu?".
Menurut cerita istriku, beberapa orang tua murid yang kebetulan nungguin anaknya sekolah di depan kelas tahu kalau mau dibagi buku pelajaran baru, kemudian mereka saling berebutan untuk mendapatkannya. Dan ketika istriku sampai sekolah untuk menjemput anakku yang baru keluar kelas, melihat orang tua murid lainnya mendapatkan buku kemudian menanyakannya, lalu istriku bertanya pada anakku apakah mendapatkan buku juga. Anakku menggelengkan kepala.
Buku pelajaran yang semestinya dibagikan ke anak murid, tapi oleh gurunya dibagikan kepada orang tua yang nungguin anaknya sekolah. Memang selama ini istriku hanya menjemput dan mengantar anak ke sekolah sesuai jam masuk kelas dan keluar saja, tidak menunggu anak di samping kelas selama proses belajar, dan memang akulah yang meminta seperti itu, supaya anak mau belajar mandiri.
Dengan terpaksa, akhirnya istriku meminjam buku dari salah satu murid yang satu kelas dengan anakku untuk dijadikan contoh supaya bisa membeli buku pendidikan itu. Kemudian esoknya aku mengajak istri dan anakku pergi ke Mester Jatinegara untuk mencari buku pendidikan yang sama yang digunakan untuk kelas 1 SD di sekolah. Ada tiga buku yang belum dimiliki anakku, yaitu Matematika, Pendidikan Agama dan Penjasorkes.
Sepulang membeli buku, aku bilang ke istriku, "untuk sekarang ini nggak apa-apa kita beli buku di luar, nanti bapak cari tahu dulu hal yang sebenarnya kenapa di sekolah sampai ada kejadian seperti itu, kalau memang ini ada unsur pelanggaran nanti bapak akan usut dan laporkan ke instansi yang berwenang". kataku mencoba menghibur anak dan istriku.
Aku harap hal ini tidak terjadi lagi kepada anakku dan juga anak murid lainnya.
Published with Blogger-droid v2.0.8
13 Komentar:
koq aneh gitu ya gurunya kalo memang gak memadai harusnya semua gak usah dibagi buku
Yup, aku juga heran Kak Jul, padahal semestinya setiap sekolah sudah tahu kapasitas atau jumlah anak didiknya, tapi kok pembagian buku sampai kurang
wah kok bisa begitu yah om, jauh amat belinya kirain beli di semester mester teh itu nama tempat yah :D
Iya, Mester merupakan salah satu pasar tradisional di Jatinegara, Jakarta Timur
Beruntungnya daku sudah tamat sekolah akang...
salam salam sore sore
Semoga kelak kalau sudah punya anak dan masuk sekolah tidak mengalami hal seperti anakku yo.. :)
Yaa ampuun,,,, hari gini masih belu buku pelajaran,,, nie di sekolahan gue gratis tentang semua ilmu pelajaran,,, jaman canggih,,, ada komputer semua ilmu bisa di dapat,,, "internet"
iya seh.. tapi namanya anak2 dikasih akses internet malah main game mulu hihihi
iya Jay,Meester itu nama asli dari Jatinegara
ko bisa ga merata baginya ya
wah wah ga adil namanya ...
+1000 buat Bang Yoswa :)
+1000 buat Bang Yoswa :)
Saya sebelumnya juga sempat sewot tapi keduluan istri ihihi
Posting Komentar
Bagi komentar anda, monggo...