Sabtu, 14 Mei 2011

5 Benua Telah Kusinggahi

Kisahku ini hanyalah sebuah cerita penyegar hati dan penyejuk rasa bukan kisah nyata tapi bukan pula suatu khayalan, tentang sesuatu tempat yang aku duduki kini dan aku sebut ini sebagai dunia.

Suatu waktu aku menyeberangi benua dan mengarungi samudera. Bukan maksudnya memasukan samudera ke dalam karung loh… hehehe.. Akupun singgah di 5 (lima) benua yang aku kunjungi.

Alkisah di setiap benua aku mencari seseorang yang bisa membantuku menjawab pertanyaan seputar kehidupan yang sedang aku jalani ini. Dasar aku punya kesukaan yang sulit kujauhi, di setiap benua tak lupa aku mencari warung kopi yang menyediakan gorengan pisang pula. Alkisah tempat semacam itupun aku temui disana. Tentunya untuk minum kopi dan makan pisang goreng dong.., pisang yang diambil dari setandan pisang yang sudah masak. Maksudnya adalah aku berkeliling dunia untuk menimba ilmu dan mengenal hidupku ini dari orang-orang yang sudah matang memahami perihal kehidupan ini.

Pada kunjunganku pada benua pertama yang kusinggahi, aku bertemu dengan seorang ahli filsafah. Aku sampaikan maksud perjalananku dan kepada beliau aku bertanya “Tuan, apa pandangan anda tentang kehidupan di dunia ini?” tanyaku. Beliau menjawab “Dunia ini bak fatamorgana”. Mendengar dan mendapat jawaban itu aku merasa bertambah pengetahuanku. Ucapan terima kasih kusampaikan kepada beliau sembari menawarkan diri untuk mengajak beliau untuk turut bersamaku mengarungi samudera menuju benua lainnya. Beliau menerima tawaranku dan kemudian menemaniku dalam perjalanan. Setelah aku bayar pesananku di warung kopi aku melanjutkan perjalanan bersama seorang ahli filsafah.

Setibanya di benua kedua yang kami temui, disana kami merasakan kesejukan dan kedamaian di tempat itu. Dengan penasaran kami sempatkan untuk mampir ke warung kopi dan memesan pisang goreng untuk kami berdua. Di warung itu pula kami bertemu seorang yang kami anggap ahli dalam hal agama, kemudian aku sampaikan maksud perjalananku dan dengan pertanyaan yang sama aku sampaikan kepada beliau “Tuan, apa pandangan anda tentang kehidupan di dunia ini?”. Seorang ahli agama menjawab “Dunia ini ibarat tempat untuk persinggahan sementara”. Mendapat jawaban itu kembali mendapatkan pengetahuan dan aku berterima kasih padanya. Setelah aku membayar pesanan kami kembali aku menawarkan diri untuk mengajak seorang ahli agama untuk menemani perjalanan kami. Beliau pun mengamini dan menerima tawaranku. Kami lalu berjalan bertiga menuju benua selanjutnya.

Selanjutnya di benua ketiga yang kami temui berikutnya, aku sungguh terpesona dengan keindahan alam dan lingkungannya. Aku menelusuri dan menikmati betul perjalanan ini. Tapi lagi-lagi kami sempatkan untuk istirahat di warung kopi dimana ada pisang goreng yang tersaji. Di tempat itu kami bertemu seorang sastrawan, seperti di tempat yang aku kunjungi sebelumnya akupun menyampaikan maksud perjalananku dan bertanya kepadanya dengan pertanyaan yang sama yang pernah aku sampaikan. “Dunia ini bagiku bagai tulisan di atas pasir yang di tepi pantai” jawabnya. Mendengar jawaban itu kami tersenyum dibuatnya. Setelah berterima kasih kami kembali menawarkan supaya beliau ikut menemaniku melanjutkan perjalanan kami selanjutnya. Beliau menyetujui untuk bergabung. Setelah aku bayar kopi dan pisang gorengnya kami melanjutkan perjalanan.

Benua ke empat yang kami singgahi kembali membuat kami berdecak kagum. Pemandangan yang hingar bingar penuh keramaian ada disana. Lagi-lagi dan lagi kami berempat memutuskan untuk mencari warung kopi yang menyediakan pisang goreng. Lumayan sulit memang untuk mencari warung kopi disana, tapi pada akhirnya kami temukan juga tempat itu. Warungnya lumayan berkelas tapi pisang goreng tersaji disana. Di tempat itu pula kami bertemu seorang artis. Woww, kereeen.. hehehe… ada artis yang suka pisang goreng juga rupanya. Kusampaikan maksud perjalanan kami dan kembali ku bertanya padanya “Wahai tuan, apa pandangan anda tentang kehidupan di dunia ini?” tanyaku. Beliau menjawab “Dunia ini adalah panggung sandiwara”. Kami tersenyum dan berterima kasih kepadanya. Aku mencoba mengajak beliau untuk turut menemani perjalanan kami, betapa terkejutnya kami ternyata artis itupun menerima tawaran kami. Pesanan yang kami makan bahkan mau dibayarkan olehnya tapi aku menolak karena kami sudah merasa senang dengan tawaran kami yang diterimanya.

Benua berikutnya yaitu yang kelima kembali aku mencari warung kopi dan pisang goring. Hehehe… ternyata pisang goreng memang merupakan kesukaan kami, jadi sepanjang perjalanan yang kami pesan adalah pisang goreng dan secangkir kopi. Hemm betapa nikmatnya… Mantabb cuy… Ditempat persinggahan kali ini kami sungguh miris karena lingkungan yang kami temukan ternyata hanyalah sebuah benua yang penuh dengan gelandangan dan anak jalanan. Lingkungan yang kumuh dan kurang menyenangkan, namun tak membuat kami menghindari tempat itu bahkan untuk seorang artis yang ikutpun kami besedia menelusuri setiap sudut tempat itu. Kembali kami menemukan warung kopi dan bertemu seorang gelandangan yang sedang asyik minum kopi dan makan pisang goreng disana. Kepada Seorang gelandangan itu aku kembali sampaikan maksud perjalananku dan bertanya kepadanya “Tuan, apa pandangan anda tentang kehidupan di dunia ini?” tanyaku. Beliau seorang gelandangan menjawab “Dunia ini hanyalah sepiring nasi yang akan habis setelah kumakan”.

Setelah aku mendengar dan mendapatkan jawaban dari pertanyaanku itu aku merenung sejenak. Semua orang yang aku tanya tentang kehidupan di dunia ini memberi jawaban yang memiliki arti yang sama bahwa hidup ini maya, sebentar, akan lenyap, habis cerita dan sedikit waktu yang kelak akan hilang atau mati. Kemudian akupun berseru kepada mereka “Tuan-tuan sekalian, saya sudah mengajukan pertanyaan yang sama kepada Tuan sekalian. Meskipun Tuan-tuan memberi jawaban yang berbeda, tapi semua jawaban Tuan-tuan memiliki arti yang sama, bahwa kita kelak akan mati. Sekarang aku akan mengajukan lagi satu pertanyaan yang sama untuk Tuan-tuan. Pertanyaanku: kemana kita setelah mati?”. Serentak mereka menjawab: “Au ahh gelaaaapppp……!!!”

Kesimpulan cerita ini sekedar gambaran tentang aku seorang yang selalu mencari tahu tentang hidup ini sehingga aku lupa melakukan berbagai kebaikan yang lain dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Sedangkan mereka yang aku tanya adalah gambaran orang pandai yang bingung.

Lalu bagaimana anda mengambil hikmah dari cerita ini??? Seandainya cerita ini tidaklah manfaat dan kurang enak untuk dinikmati sekiranya pembaca sudi memberi saran dan komentarnya. Thanks.

Penulis: Aca Suwardasa

3 Komentar:

kang martho mengatakan... Reply Comment

yg pertama.
....................

izin save page aja,lagi sibuk sekarang

"ined mengatakan... Reply Comment

yang kedua....

salam kenal "ined
bukan I|ned

lagi mau tidur sekarang...

"ined mengatakan... Reply Comment

yang kedua....

salam kenal "ined
bukan I|ned

lagi mau tidur sekarang...

Posting Komentar

Bagi komentar anda, monggo...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants For Single Moms